Lira masih sibuk melayani pembeli di kafe Kue miliknya, ketika dia lagi-lagi melihat mobil berwarna biru metalik itu berhenti di depan, dan seorang laki-laki berbadan tegap dan gagah keluar untuk membeli setangkai bunga di toko bunga depan kafe. Lira tidak pernah bisa melihat dengan jelas wajah laki-laki itu, tapi yang jelas, dia gagah, berkulit kuning langsat dan penampilannya rapi, meskipun tidak tampak sebagai laki-laki pesolek.
“Kenapa bu… mobil itu lagi ya ?” kata Windi, salah seorang pegawai Lira
“iya Win.. “ jawab Lira
“Bapak itu ganteng lho bu… saya pernah lihat dengan jelas wajahnya”
“Hush!! Emangnya kenapa kalo ganteng?”
“hihihi… ya nggak papa, Cuma si bapak itu koq nggak pernah mampir kafe kita yaa bu? Windi lihat setiap kali tuch mobil berhenti, pasti nengok kearah kafe kita, lalu keluar tapi ke toko bunga, lalu masuk mobil lagi, nengok ke kafe kita lagi.. trus jalan”
“wwiiihhh… koq kamu tahu sih ?!” Lira heran aja dengan perkataan pegawainya itu
“yaacchh.. ibu, gimana nggak penasaran, wong hampir tiap hari dia begitu”
“aaasshhh!! Kamu ini, biarin aja… malu kali mau beli kue” sahut Lira sambil berlalu…
Tapi sebenernya Lira juga penasaran juga, ngapain tuch yaaa… si laki-laki .. akh! Sudahlah, masa bodo urusan orang, nggak kenal juga. Pikir Lira sebelum tiba-tiba ponselnya berdering dari Maya… sahabat lamanya.. katanya ada reuni sekolah sabtu minggu depan.
“Ayolah Lir… berangkat reuni, asyik lagi ketemu sama temen-temen lama, udah 20-an tahun lho kita nggak ketemu… pasti seru” rengek Maya di telpon
“ntar aku pikir-pikir dulu deh May… liat kondisi kafe, bisa ditinggal nggak?”
“halah… kafe udah bisa jalan tanpa kamu, lagian paling ditinggal beberapa jam aja kan? “
“Iya dech.. iyaaaa…”
Lira menutup telpon, sedikit ragu, berangkat atau tidak. Tiba-tiba angannya melayang puluhan tahun lalu, waktu usianya masih belasan tahun… polos, ceria dan menyenangkan. Ada Willi yang dijuluki sapu ijuk karena kurus, Nara yang usil tapi cerdas, Rexi si jago basket, Agung, Sisca, florent si Indo yang cakep, aaaakhhh masa remaja yang indah. Lira tersenyum sendiri, tapi tiba-tiba terlintas sebuah nama… ‘waaahhh… gimana khabarnya Prana ya sekarang ?’
Prana adalah kakak kelas Lira, dia populer karena siswa terganteng di sekolah waktu itu. Meskipun bukan Indo, tubuhnya tinggi, kulitnya bersih, hidungnya mancung dan bibirnya kemerahan. Nggak usah banyak di omongin, sudah pasti Prana diincar banyak gadis waktu itu, termasuk Lira. Tapi ya apa daya… cuma khayalan Lira kalo pengen ngedapetin Prana. Impossible… Lira cuma dianggap anak kecil yang tomboy, oleh Prana. Lira sempat patah hati ketika tahu itu, hatinya hancur dan kecewa yang teramat sangat. Bagaimana tidak, setidaknya waktu itu Lira sangat pede bisa meraih cinta Prana, karena Prana yang sering menggodanya, mendekatinya bahkan memberikan perhatian lebih, tapi ternyata sama saja. Lira bukan gadis special di hati Prana… hingga akhirnya mereka tidak pernah bertemu lagi.
Hari ini, Lira memutuskan berangkat reuni..ada harap-harap cemas, semoga ada Prana juga nanti disana. Lira sudah dandan cantik dan dengan percaya diri masuk ke gerbang sekolahnya dulu.. Sekolahan ini tidak banyak berubah, masih kokoh dan megah, hanya ada beberapa penambahan ruangan di sayap kiri gedung. 20-an tahun lalu, Lira yang tomboy tapi bawel sering nongkrong di tangga menuju ruang aula sekolah ini, tapi sekarang, Lira yang manis dan anggun tengah menaiki tangga menuju aula sambil tersenyum membayangkan betapa hebohnya nanti bertemu teman-teman lamanya.
Suasana reuni berjalan menyenangkan.. seperti yang biasa terjadi, semua yang hadir mengenang masa-masa sekolah mereka. Hingga akhirnya Maya menarik tangan Lira dari kerumunan teman-temannya.
“ehh Lir… sini dech… masih ingat Prana nggak ?” kata Maya semangat
Sejenak dada Lira berdesir “Prana… Prana yang dulu cakep itu?” jawab Lira pura-pura kaget aja
“Iyaaa… siapa lagi… dia datang lhooo… wajahnya agak berubah, tapi tetep aja cakep.. hhiihhiiii… deketin yuukkk” ajak Maya tampak kegirangan
“May..May… inget kita sudah bukan ABG, kita udah ibu-ibu.. catet ibu-ibu!!” tandas Lira menyikapi Maya yang mulai kecentilan
“ nggak papa ini… sesekali Lir… tuch.. lihat cowoq pake kemeja item itu nggak ? yang berdiri didepan Yosa deket pintu.. itu si Prana” kata Maya
Lira memandang kearah pintu… ada laki-laki membelakanginya. Badannya tinggi, gagah meski agak gemuk dikit. Dada Lira mulai berdesir… Prana… itukah Prana… ? tanyanya dalam hati. Tiba-tiba laki-laki itu membalikkan badan tepat kearah Lira.. dan serasa berhentilah jantung Lira…
“Prana… itukah Prana???!!!” jeritnya dalam hati..
“Lir.. tuch si Prana melihat ke arah kita… samperin yukkk“ Maya masih aja antusias.
Tapi Lira masih terbengong-bengong.. Prana… jadi laki-laki itu adalah Prana yang sudah tidak pernah ditemuinya 20 tahun. Belum lagi Lira berhasil menahan debaran di dadanya. Prana berjalan kearahnya. Dengan senyumnya yang manis, di mengulurkan tangan.
“Hallo… kamu Lira kan ?”
“eeehhh… eeee… iyaa… iyyaaa.. ini Prana ?” jawab Lira masih terasa gugup
“Iya Lir… sepertinya kita pernah ketemu sebelumnya yaa?” Tanya Prana
“eee.. dimana-dimana ?” Maya masih nyahut aja..
Prana hanya tersenyum, tidak menjawab pertanyaan Maya
“duduk di sana yukkk Lir… ngobrol” ajak Prana kemudian, dan Lira mengangguk mengikuti Prana dan meninggalkan Maya yang terbengong-bengong.
“Apa khabarmu sekarang ?” pertanyaan basa-basi itu membuat Lira sedikit bisa mengatur nafas
“Baik Pran… gimana kamu ?” Jawab Lira sambil mengendalikan diri
“Baik juga, gimana kafe kuenya… sukses kan ?” Tanya Prana lagi membuat nafas Lira yang mulai teratur berubah menjadi nggak karu-karuan lagi. Lira agak shock juga bertemu Prana sekarang. darimana pria ini tahu dia punya kafe. Apa mungkin yang sering menghentikan mobil dan membeli bunga di depan kafe Lira itu adalah Prana. Kenapa Lira tidak mengenalinya ? Prana adalah laki-laki pertama yang membuat Lira jatuh cinta, meskipun cinta itu tidak pernah kesampaian.
“Lir… aku sebenarnya sudah lama lho, nyari kamu ?” kata Prana sambil memandang tajam kearah mata Lira yang agak kebingungan.
“nyari aku … kenapa ?” Tanya Lira
“hhhmmmm…. Entahlah… tiba-tiba aku ingin ketemu kamu”
“setelah sekian tahun ?” Tanya Lira sambil tersenyum
“Kamu sekarang beda yaaa… dulu kucel, tomboy, bawel lagiii… sekarang kebalikannya.. koq bisa yaa?” canda Prana mulai menggetarkan hati
Lira hanya tertawa kecil… “Pran… apakah kamu itu yang sering beli bunga di depan kafe aku ya ?” Tanya Lira mulai menyelidik. Tapi tiba-tiba raut wajah Prana berubah menjadi tegang.
“Lir.. kita ngobrol di luar aja yuuuukkk… disini agak berisik yaaa…” ajak Prana sambil berdiri dan menyentuh bahu Lira. Lira hanya menurut saja, dan mereka duduk di taman sekolah.
“ hhhmmm… aku ingat sekali dulu kelas kita berseberangan yaaa.. dan aku selalu bisa melihat kamu disisi seberang” kata Prana lagi. Tapi waktu itu, aku selalu melihat kamu sebagai anak manis yang lucu, dan aku tidak pernah bisa melihat kamu sebagai gadis remaja yang menarik untuk dijadikan pacar”.
Kata-kata Prana itu benar-benar mengejutkan Lira, sekaligus kembali menorehkan sedikit luka di hatinya.
“Kenapa Pran ?” Tanya Lira mencoba mengorek apa yang sebenarnya dirasakan Prana kala itu.
“entahlah… kamu cuma seorang anak kecil Lir..dan aku ABG banget yaaa?.. mana mungkin sih aku pacaran sama anak kecil.. apa nggak bakalan diolok-olok.. Prana punya pacar anak kecil” Prana mencoba menyampaikan rasa yang terpendam puluhan tahun. Sementara Lira hanya menunduk sambil memainkan ujung-ujung jarinya.
“Yaaaccchhh… kita waktu itu masih sangat muda Pran.. bener-bener masih anak remaja, cinta-cintaan monyet kalleee ya..” kata Lira mencoba mencairkan suasana yang mulai tegang.
“Iyaaaa… tapi ternyata, rasa itu menggangguku Lir… bertahun-tahun aku mencoba melupakan kamu, Aku berusaha menolak kehadiranmu Lir.. menganggap kamu tidak pernah ada. Tapi ternyata kamu masih saja membayangiku.”
Mendengar perkataan Prana … hati Lira semakin tidak menentu… apa sih sebenarnya maksud Prana. Bukankah mereka baru bertemu sekali ini setelah sekian tahun.. tahu-tahu ngomongnya ngelantur gini.
“Lira… beberapa waktu belakangan ini aku memang sengaja melacak keberadaanmu, aku harus menyampaikan sesuatu yang mungkin seharusnya sudah menjadi masa lalu, tapi ini harus… ini harus kusampaikan Lir… supaya tidak akan ada penyesalan di hatiku. Kamu boleh bilang kita dulu hanya 2 orang ABG yang mencoba jatuh cinta… tapi sesungguhnya aku dulu juga mecintaimu Lira”
Kata-kata terakhir Prana betul-betul membuat Lira terperanjat. Lira tidak mengerti untuk apa Prana menyampaikan itu.
“Pran… itu masa lalu… aku saja sudah lama melupakannya” kata Lira
“memang… tapi aku tidak.. ada rasa bersalah, mengapa aku dulu mengingkari perasaanku, membuatmu terluka dan kecewa, lalu meninggalkanmu begitu saja”
“Prana .. dengar.. itu sudah 20 tahun lalu…”
Prana berbalik dan meraih jemari Lira, wajahnya serius… tapi matanya sendu.
“Memang semuanya sudah terlambat.. kita tidak pernah bisa menyatukan cinta itu, bahkan mungkin kamu juga sudah tidak lagi mencintaiku. Tapi tidak apa-apa… setidaknya aku sudah lega, aku sudah menyampaikan rasa yang kupendam bertahun-tahun ini, bahkan ketika kita masing-masing sudah memiliki keluarga sendiri. Sekarang.. aku tidak akan lagi berhenti di depan kafe kuemu dan membeli bunga yang tidak pernah bisa kuberikan kepadamu… untung ada reuni ini Lir… sehingga aku bisa mengatakan ganjalan hatiku kepadamu… makasih yaaa”
Lira hanya tersenyum mengangguk, hatinya haru… matanya nyaris basah. Prana mencium tangan Lira, lalu mengusap rambutnya selayaknya seorang kakak pada adiknya.
“Nanti suatu hari aku akan mampir ke kafemu, layani aku dengan baik yaaaa..” kata Prana bercanda dikit lalu bangkit berdiri…
“Aku pergi ya Lir… ini kartu namaku.. setidaknya anggap aku seperti kakakmu” Prana kembali mengusap kepala Lira… lalu beranjak pergi, berjalan meninggalkan Lira yang masih tak mengerti. Prana adalah laki-laki yang berbeda. Dipandanginya punggung Prana yang semakin menjauh hingga akhirnya hilang dari pandangan Lira.
Laki-laki gagah dan tampan itu kini kembali mengusik hatinya.
*image source : weheartit.com