July memandangi jemari Reo yang
menari melipat-lipat kertas putih transparant… tidak sampai 5 menit. Kertas itu
sudah berubah menjadi bentuk burung… Dengan senyum penuh kasih disodorkannya
burung kertas itu pada Dinda kekasihnya…
“Ini burung kertas kita yang ke
1001 sayang, harapan apa yang akan kau tuliskan disini ?” Reo bertanya. July hanya tersenyum …
dibelai-belainya punggung burung kertas dengan jemari lentiknya.
“Aku hanya ingin kejujuran &
keterbukaan sayang bagaimana dengan kamu ?” Reo kembali bertanya pada July
yang hanya diam saja, tersenyum lalu menggantungkan burung kertas yang ke 1001
itu diatas jendela kamarnya.
Itulah sepenggal cerita dihari ke
1001 pertemuan Reo dan July. Dua sejoli dari latar belakang ekonomi yang
berbeda. Reo adalah anak seorang petani sederhana, sementara July putri
seorang pengusaha kaya raya. Tapi tidak seperti kisah-kisah cinta yang lain,
mereka tidak mengalami hambatan apapun dari orang tua mereka. Dan mereka
memiliki kebiasaan unik setiap kali bertemu. Reo selalu melipat kertas menjadi
bentuk burung, lalu mereka berdua menuliskan harapan-harapan akan cinta mereka,
lalu July menggantungkan burung kertas tersebut didalam kamarnya. Tapi tidak
pada burung kertas yang ke 1001. July menggantungkannya di depan jendela
kamar, dan hanya Reo yang menuliskan harapan cintanya. Tapi itu bukan
persoalan bagi Reo… dia yakin July sangat mencintainya, seperti diapun
mencintai July dengan sepenuh hati. Namun wajah cantik July tiba-tiba murung..
tidak ada senyum apalagi tawa renyah seperti biasanya. Reo menghampiri dan
penuh cinta dipeluknya tubuh July.. Tapi betapa terkejutnya Reo karena
airmata ternyata mengalir di pipi July.
“Kenapa sayang.. kenapa kamu
menangis..?” Tanya Reo cemas
Dengan tersendat July mencoba
menjelaskan bahwa dia ingin berpisah dari Reo..
“Aku tidak lagi mencintaimu
Reo…aku ingin pergi darimu… aku ingin menikah dengan orang lain”
Suara July lirih, lembut, tapi
bagai tamparan keras buat Reo… Belum lagi dia menyadari apa yang baru saja
didengar. July sudah pergi berlari masuk rumah sambil berteriak “ Reo..!! Aku
tidak mencintaimu.. aku ingin kehidupan yang lebih baik.. aku tidak mau hidup
sengsara dengamu ..!!”
“Kamu matre July, kamu kejam,
kamu tidak punya perasaan..!!!” teriak Reo membalas
Dan duniapun terasa gelap untuk
Reo.
Tahun demi tahun berlalu…
Reo.. anak seorang petani
sederhana ini kini sudah menjadi pengusaha kaya raya.. cintanya pada July
berubah menjadi dendam, saat tahu bahwa ternyata July lebih memilih menikah
dengan laki-laki kaya supaya hidupnya lebih nyaman. Dendam itu pula yang
membuat Reo berjuang keras mengangkat dirinya dari kemiskinan hingga sekarang
menjadi orang terpandang.
Suatu hari saat Reo sedang
berjalan-jalan dengan mobil mewah barunya. Dia melihat sepasang suami istri tua
yang tengah berjalan berpelukan. Orang tua itu sudah tampak renta, bajunya
lusuh dan bau. Tapi Reo tidak lupa pada wajah itu.. Diikutinya kemana sepasang
orang tua itu.. ternyata memasuki areal
pemakaman. Reo terperanjat ketika orang tua itu meletakkan setangkai bunga
diatas batu nisan. Jelas terbaca nama di batu nisan itu “DISINI TERBARING PUTRI
TERCINTA KAMI … JULY”. Bergegas Reo menghampiri kedua orang tua itu.
“Bapa .. ibu… masih ingatkah
dengan saya … Apa yang terjadi ?” kata Reo tak sabar
“ Tentu saja nak, siapa yang
tidak mengenalmu ? Tapi sekarang kami jatuh miskin. Harta kami habis untuk
biaya pengobatan July, namun akhirnya July pergi juga. Ini July menitipkan sebuah surat kepada kami untuk
diberikan kepadamu jika kami bertemu denganmu.”
Sahut ibu tua sambil mengambil
kertas kumal dari tas nya.
Dengan berdebar-debar Reo
membacar surat itu
"Reo maafkan aku. Aku terpaksa membohongimu. Aku terkena kanker rahim
ganas yang tak mungkin disembuhkan. Aku tak mungkin mengatakan hal ini saat
itu, karena aku akan membuatmu sedih dan putus asa, yang akhirnya akan membawa hidupmu pada
kehancuran. Maka terpaksa aku tinggalkan kau.. demi cintaku, demi kebahagiaanmu.
Aku yang mencintaimu."
July
Tidak
ada yang bisa dilakukan Reo kecuali hanya menangis dan memeluk pusara July
kekasihnya. Selama ini Ia telah berprasangka begitu kejamnya kepada July. Ia
pun mulai merasakan pasti hati July teriris-iris ketika ia
mengatainya matre, kejam dan tak berperasaan. Ia merasakan July pasti
kesepian seorang diri dalam kesakitannya, hingga maut menjemputnya. Pasti July
mengharapkan kehadirannya di saat-saat penuh penderitaan itu. Tetapi ia lebih
memilih untuk menganggap July sebagai orang matre tak berperasan. July telah
berkorban untuknya agar ia tidak jatuh dalam keputusasaan dan kehancuran.
Reo
memandangi burung kertas di atas jendela kamar July. Terayun-ayun dihembus
angin.. Burung kertas itu sudah lusuh .. tapi itu adalah burung kertas ke 1001… yang terakhir.
Terakhir kali juga Reo bertemu July..
Memang
Cinta bukanlah sebuah pelukan atau ciuman,
tetapi cinta adalah pengorbanan untuk orang yang sangat berarti bagi
kita.
Lusy’s
Notes :
Cerita
ini aku tulis ulang dari sebuah kisah
yang aku baca dari cerita kristen.com. Judulnya sama “Burung-Burung
Kertas” semoga mengilhami kita betapa besarnya arti cinta.
image source : thekingsbeloved.com