Jumat, 30 November 2012

Kereta Api Surga

source image from google
Ini adalah kisah nyata yang dikutip dari buku “Menyingkap beberapa kejadian dan jawaban-jawaban doa yang mengherankan” terbitan 1894 yang berjudul "Does This Railroad  Lead To Heaven ?".
Kisah seorang kondektur yang bertemu dengan ‘malaikat’ kecil di kereta api tempatnya bekerja. 

Dalam perjalanan seringkali kita bertemu dengan orang-orang dari berbagai suku bangsa dan bahasa. Namun kali ini aku menyaksikan kisah yang sangat indah ketika sedang dalam perjalanan dengan Kereta Api.
     
Kereta Api menuju ke barat, dan saat itu sore hari. Di sebuah stasiun seorang gadis kecil berusia sekitar 8 tahun naik kereta api ini, mengapit sebuah tas kecil di bawah lengannya. Ia masuk kedalam deretan bangku tempatku duduk. Kemudian ia mulai mengamati setiap wajah-wajah yang asing  baginya. Ia kelihatan kuatir, dengan memakai tas kecilnya sebagai bantal, ia bersandar pada bangku dan mencoba untuk tidur.
 
Tidak lama kemudian, kondektur mulai memeriksa karcis dan penumpang. Gadis itu lalu meminta ijin apakah ia boleh duduk ditempatnya itu. Kondektur itu menjawab boleh, dan dengan ramah ia meminta karcis gadis itu. Gadis itu mengatakan kalau ia tidak memiliki karcis. Lalu aku dengar sebuah percakapan antara si gadis kecil & pak Kondektur.
“Kemana kamu mau pergi nak ?”
“Aku akan pergi ke Surga” sahut gadis itu
“Siapa yang membayar karcismu ?”
“Pak, bukankah kereta api ini menuju ke Surga dan bukankah Yesus juga menumpang disini?”
“ Aku tidak berfikir begitu nak”
“Mengapa Bapak tidak berfikir begitu ? Sebelum ibuku meninggal ia selalu menyanyikan lagu untukku tentang kereta api Surgawi, dan Bapak kelihatannya sangat ramah dan baik, jadi aku piker inilah kereta api itu. Ibuku selalu menyanyikan tentang Yesus yang juga naik kereta api Surgawi dan Dialah yang membayar karcis bagi setiap orang, dan kereta api itu selalu berhenti pada setiap stasiun untuk menaikkan penumpang. Sekarang ibuku sudah tidak menyanyi lagi buatku. Dan tak ada seorangpun yang menyanyikan lagu Kereta Api Surgawi untukku. Jadi aku piker sebaiknya aku naik kereta api ini dan pergi melihat ibuku di Surga. Apa bapak juga menyanyikan lagu itu untuk anak gadismu yang kecil ? Apakah bapak punya seorang putrid ?”
 
Dengan berlinang airmata kondektur itu menjawab “ Tidak sayangku, aku tidak lagi punya anak gadis. Dulu pernah ada, tetapi ia sudah meninggal beberapa waktu lalu dan pergi ke Surga”
Gadis itu berkata lagi “ Jadi sekarang bapak naik kereta api ini untuk melihat anak gadis bapak ke Surga ?”
Saat itu setiap orang yang ada di dalam kereta terharu. Sulit sekali untuk melukiskan suasana yang aku saksikan ini. Beberapa orang mulai berbisik-bisik “Allah memberkati anak kecil ini. Dia seorang malaikat”. Mendengar dikatakan sebagai malaikat, gadis kecil itu kembali berkata “Iya.. ibuku dulu selalu berkata seperti itu, suatu saat aku akan menjadi malaikat”. Lalu ia berkata lagi pada pak kondektur.
“Apakah bapak mencintai Yesus ? aku mencintaiNYa dan jika bapak mencintaiNya, Ia akan membawa bapak masuk kedalam kereta apiNya menuju Surga. Sekarang aku sedang menuju kesana dan kuharap bapak mau pergi bersamaku. Aku tahu Yesus akan mengijinkan aku masuk ke Surga, dan bila aku tiba disana, Ia akan mengijinkan pula bapak untuk masuk juga setiap orang yang menumpang kereta apiNya.. ya.. semua orang ini. Tidakkah bapak ingin melihat Surga, melihat Yesus dan anak gadismu yang kecil ?”
  
Kata-kata itu begitu tulus dan mengharukan, membuat setiap orang yang mendengar berlinang air mata. Gadis kecil itu kembali berkata, “ Pak, bolehkah aku tinggal disini sampai kita nanti tiba di Surga ? Maukah bapak membangunkanku bila kita nanti sudah tiba disana, supaya aku bisa melihat Ibuku, Yesus dan anak gadismu ?”
“Ya Sayangku.. boleh” Jawab kondektur
“Apa yang harus kukatakan pada anakmu bila aku nanti bertemu dengannya ? Bolehkah aku katakana bahwa aku melihat ayahnya menumpang kereta apinya Yesus ?”
Kata-kata itu tentu saja membuat banjir airmata bagi yang mendengar. Pak kondektur bertelut disisi gadis kecil itu dan menangis, ia tidak bisa menjawab. Namun saat itu kemudian terdengar masinis meneriakkan nama sebuah stasiun kereta api, dan pak kondektur-pun turun dari kereta.
Selang beberapa hari kemudian bapak Kondektur itu berniat mengadopsi si gadis kecil itu. Dicarinya gadis kecil itu di stasiun tempat dia meninggalkannya. Namun kata orang-orang yang ada disitu, selang 3 hari setelah dia kembali, gadis kecil itu mandadak meninggal dunia tanpa sebab. Jiwanya yang berbahagia itu telah pergi ke tempat dimana ibunya kini berada, tempat dimana anak pak Kondektur itupun berada, tempat kediaman para malaikat. Pak Kondektur menyesal mendengar berita kematian gadis kecil itu, tapi iapun menyadari bahwa putrinya di Surga kini telah mendengar khabar dari dunia tentang ayahnya, yang sedang berada dalam kereta api Surgawi.

Kamis, 29 November 2012

Berhenti Menangis

image source of google
 
Praise The Lord...
thank you for wiping my tears...
there's no doubt if I'm always with YOU...
I'm sorry if I've doubted YOU
incredible blessing for me..
Thank's Lord... Thank's for my life...

 

Menangis..... judul diatas terinspirasi dari status sahabatku Asty Fanany di Facebook... yang juga sudah menginspirasi banyak teman-teman lama yang dulu pernah bersama-sama berjuang.... berjuang... memperjuangkan sesuatu yang aku nggak mengerti apa... apakah meraih mimpi ? aku juga tidak yakin itu mimpiku.. tapi tetap kujalani hari-hari yang melelahkan lahir dan batin itu dengan semangat membara, tekad dan loyalitas yang luar biasa. Melupakan kehidupan sosial, mengesampingkan keinginan pribadi, bahkan mengorbankan urusan keluarga. Pujian dan acungan jempol sering kudapat dari teman-teman yang menganggapku perempuan rajin, tangguh dan kuat. 
Namun ternyata aku tetap seorang manusia dengan gender perempuan, yang punya banyak keterbatasan... aku perempuan yang masih punya banyak air mata... dan akhirnya perlahan-lahan air mata pun mulai menetes....kelelahan jiwa raga mulai menggerogoti... namun aku masih sombong untuk memutuskan 'berhenti' ...karena takut kehilangan banyak hal yang sudah kudapat sekarang ini, aku khawatir tak lagi dianggap  hebat jika aku berhenti... aku tak siap jika tak memiliki status sosial sebagai perempuan mandiri... aku takut jika aku kekurangan, aku kesepian, aku bosan, aku.. dan aku.. selalu saja aku... karena aku merasa bisa mengatasi hidupku sendiriseperti biasanya...

Namun ternyata air mata semakin deras mengalir.... hingga membuatku mengerti dan menyadari... aku memang harus berhenti... aku harus berhenti menangis... hidupku tak layak dengan tangisan ini... tangisan inipun tak sepadan dengan kenikmatan semu yang kunikmati

Tahun ke 16... akhirnya kuputuskan untuk menghapus airmata... mencoba menghadapi tantangan lain yang mungkin lebih sulit dan lebih tak pasti... tapi apa salahnya dijalani kalau tantangan itu tak akan pernah membuat air mata mengalir lagi... dan Tuhan Maha Tahu apa yang jadi kebutuhanku..

Hidup diluar sana ternyata lebih berwarna... lebih indah dan lebih menggairahkan... Tuhan tak mengurangi rejeki yang kunikmati, Tuhan menuntun langkahku bersama kekasih hatiku meraih mimpi yang lebih indah dan berwarna... cintaNYA begitu banyak bagi hidupku yang cuma sepenggal ini...

Bintang Di langit

image souce of google


Thanks God.. You've already given us the beauty and wonders
ini adalah sebuah catatan lama yang sempat aku tulis di buku agendaku kala itu..

Sabtu, 6 Januari  2007
Sekitar Jam 19.30..

Tiba-tiba listrik padam..!! (katanya seluruh Jawa Tengah)
Aku dan suamiku baru saja pulang... Dan terkejut karena ketika hampir belok ke Blok perumahan.. tiba-tiba semuanya gelap gulita.. Toko-toko dan warung-warung di pinggir jalan yang biasanya terang benderang mendadak pada kebingungan menyalanya emergency lamp... Dengan nyala lampu mobil... kami sampai di depan rumah. Beberapa saat aku secara reflek mendongak keatas langit.. dan  ASTAGA..!!!

INDAH SEKALI DIATAS SANA...  BINTANG-BINTANG BERTABURAN BAGAI BUTIRAN BERLIAN DIATAS KAIN HITAM...KILAUANNYA.. LUAR BIASA..!! 
 
Seketika lirih kuucap "PUJI TUHAN" Keindahan ini belum pernah aku saksikan sebelumnya (kecuali hanya ada di gambar-gambar dan lukisan-lukisan). Belum sempat reda keterpanaanku.. serombongan kunang-kunang ikut beterbangan dari persawahan di samping perumahan.. menambah keindahan.. malam itu.  Aku benar-benar seperti melihat butiran berlian yang dihamparkan diatas kain hitam itu turun ke bumi dan bertaburan di udara. Sulit kugambarkan.. namun begitu mudah kurasakan.

Ditengah kecemasan karena mati lampu.. Tuhan sudah menunjukkan ciptaanNYA yang tak tertandingi indahnya. Rasanya aku nggak mau kalo listrik menyala lagi.. malam itu..

TERIMA KASIH YA TUHAN.. ATAS KEINDAHAN DAN KETAKJUBAN YANG TELAH KAU BERIKAN PADA KAMI...

ENGKAU  MAHA KUASA .. DAN MAHA MENGASIHI.

Sabtu, 24 November 2012

Saat Usia Senja Datang

she's my beloved Mom
Sore ini... sudah menjadi kewajiban bagi ibu-ibu di kampung tempatku tinggal untuk berkumpul dan bersosialisasi... menggelar arisan, tabungan, simpan pinjam, menawarkan dagangan, rembugkan tentang ini itu, maksudnya untuk bersama-sama mensejahterakan kehidupan berkeluarga... 

Mungkin tidak berbeda dengan organisasi ibu-ibu di kampung-kampung lain seantero Indonesia ini... Tapi hal unik yang kurasakan adalah ... nyaris 90% ibu-ibu ini berusia diatas 60-an... Waaaalllaaahhh....usiaku hanya setua anak mereka.. tentu saja aku menemukan hal-hal baru yang jarang aku hadapi sebelumnya, mengingat selama ini aku bekerja dan bergaul dengan usia sebayaku, bahkan anak-anak dibawah usiaku. Tapi baru 2 tahun aku tinggal disini, sudah merasa aneh, gemes sekaligus bete tiap kali ada persoalan sedikiiiittt aja.. pembahasannya bisa menghabiskan waktu. Semula aku sering kesal dan males tiap tiba waktunya harus kumpul dengan mereka. Mau gak didengerin gak enak, mau tak cuekin , mmmm... gimana yaaa..? atau ditinggalin fesbukan aja... haaiiiyyaaaa... gak mungkin lagi, soalnya yang duduk disebelahku pasti tahu (saking duduknya berdempetan). Akhirnya ya cuma ditahan.. diam.. sambil ngalamun. 

Tapi akhir-akhir ini... aku berusaha menyadari dan menerima keadaan bahwa tidak bisa menghindari untuk selalu harus datang dan datang lagi... maka aku harus mencoba untuk menikmati kebersamaan dengan mereka. Bukankah suatu saat nanti jika dikarunia umur panjang, aku akan merasakan seperti yang mereka rasakan. Mulai kesulitan saat harus duduk ngelesot di atas lantai berselimut karpet, mulai mengeluhkan berbagai penyakit, menggosok-gosokkan 'parfum' minyak angin, sampai lambat ketika harus berfikir. Suka tidak suka masa tua akan datang dengan segala persoalannya. Adalah menjadi hebat jika tua itu dengan kondisi tubuh yang sehat, meskipun tak sekuat dulu, menjadi tua tanpa harus pikun meski mulai lambat berfikir atau menjadi tua dengan semangat hidup yang menyala-nyala.

Menjadi tua tanpa banyak mengeluh.... dan bila saatnya Tuhan memanggil sudah meninggalkan kebaikan dan manfaat bagi orang lain.
Amin... amin... amin.....

Sabtu, 17 November 2012

Penantian


source image : google
"Berapa lama lagi akan kau beri kepastian
Pada selembar hati yang rapuh..
Lalu senyum manismu yang terbias dari pancaran wajahmu...
Tergambar jelas disetiap langkah kemanapun kaki melangkah..
Sementara perasaan ini selalu tak pasti, terkatung-katung..
Bagai biduk yang tak bersauh di hamparan lautan luas...... di hempas angin..."
Delia mengayunkan langkah, pelan-pelan menelusuri sepanjang jalan dipinggiran kota yang sepi. Angin kering di senja itu mempermainkan helai-helai rambutnya yang sebahu, sementara debu jalanan semakin mengotori kakinya.  Sesekali disibakkan rambut yang menutupi wajahnya... lalu kembali angannya menerawang jauh...

Sudah setengah jam dia berjalan sendiri. Hari sudah mulai gelap... sebentar lagi bulan akan segera menggantikan matahari. Delia tetap melangkah. Dipandanginya wajah bulan di langit, bintang pun mulai muncul satu persatu seolah menyapa kesunyian hatinya. Langkah Delia terhenti di depan sebuah Gereja kecil yang begitu sepi....
Remang lampu taman di depannya seakan mengajaknya untuk singgah duduk diantara pokok-pokok bunga. Ada sekuntum mawar merah yang mekar, begitu menggoda hatinya. Delia pun menghampiri dan duduk... kembali hatinya bertanya pada diri sendiri, "sudah berapa tahunkah aku tidak berada di sini ?"
Beberapa tahun yang lalu Delia memang pernah mengisi semaraknya tempat ibadah ini bersama sahabat-sahabatnya.... saat pertama kalinya juga hatinya tertaut pada seseorang bernama Dann.....
"Dimana kau kini...??!!"  jerit Delia dalam hati
Dann.... laki-laki itulah yang pernah mengisi relung hatinya, yang sudah membuat Delia bercermin untuk melihat dirinya yang begitu sesat dan memantulkan realita yang mesti dihadapinya....
Dann ...... laki-laki menawan yang sudah memberi nuansa merah jambu di lembar-lembar buku hariannya.

Malam mulai merambah... Delia tak juga beranjak dari tempatnya duduk... masih dipandanginya pintu Gereja yang tertutup. Air matanya mulai menetes. "Kesalahan apakah yang telah kuperbuat padamu Dann, sehingga kau menghilang..? Tidakkah kau mengerti sekian lama aku menunggu dan terus menunggu datangmu, namun hanya bayanganmu yang melintas di mimpi-mimpiku, karena aku sangat rindu padamu. Masih terngiang di telingaku begitu renyah derai tawamu,  begitu canggung gayamu didepanku, masih terekam dalam ingatanku akan janji setia yang kau ucap, lalu cita-citamu..."  "Tunggu aku Delia... tunggu aku dengan setia yaaa..." 
"Setia seperti apa yang kau inginkan Dann ? karena penantianku sia-sia, tiba-tiba tak ada sebuah khabar pun darimu. Aku sudah lelah dengan penantian ini, haruskah aku terus bertahan, sementara kamu tak kunjung datang ?"
Semakin lama semakin deras air mata Delia mengalir. Dikatupkannya kelopak matanya, hatinya berdoa " Ya Tuhan Kalau kesedihan dan kekecewaan ini sebuah ujian... biarlah aku tegar menghadapinya, aku takkan lari meninggalkanMu, walau berat hatiku merasakannya.. Engkau sandaranku Tuhan.... Engkau sumber pertolonganku... kekuatanku.."

Tiba-tiba seorang bapak tua menghampiri dan menyapanya "Siapa kamu gadis muda, kenapa tubuhmu diterpa angin malam ? kalau kau sedih hapuslah airmatamu .. lalu masuklah ke Gereja lalu berdoalah di sana, akan aku bukakan pintu"
Delia memandangi bapak tua yang berjaket lusuh dan berkain sarung itu. Wajah rentanya tidak bisa dilupakan Delia, meskipun sekarang semakin tampak tua. Dia koster Gereja yang ramah, senyumnya selalu tampak damai. Dulu Delia dan teman-temannya sering ngobrol dan bercanda dengan orang tua itu yang seluruh hidupnya diabdikan untuk melayani Tuhan. Namun rupanya pak koster ini lupa dengan Delia... atau gelapnya malam sudah semakin mengaburkan mata tuanya.... Delia mengikuti langkah pak koster memasuki gedung Gereja yang tak berubah. Delia duduk di depan mimbar kecil... bapak tua itu lalu menepuk pundak Delia "Tuhan akan mendengar doamu nak... berdoalah.."  Delia memandangi punggung pak koster tua yang berlalu, hatinya bergejolak, tangan dan mulut tua itu telah memberi kesejukan dihatinya.
Delia pun mulai berdoa, ditumpahkannya seluruh air matanya malam itu, diingatnya Dann dalam doanya, dilepaskan seluruh beban yang selama ini menghimpit dan menyiksa hidupnya.

Waktu kian berlalu... malam semakin larut. Delia kembali duduk di taman... namun kini dengan perasaan yang lega. Ditatapnyya bulan yang tersenyum manis dan bintang yang berkedip-kedip ceria, setangkai mawar merah mengangguk-angguk seolah mengucap selamat malam, semua jadi tampak indah dan manis di hadapan Delia. Hatinya sudah tersenyum kembali.
Delia kemudian beranjak pergi, melangkah meninggalkan Gereja kecil yang memberinya tempat untuk berbicara dengan Tuhan. Senyumnya terulas, meskipun matanya masih tambah sembab setelah menangis... namun tak apa-apa... yang penting hatinya sudah beroleh damai sejahtera.

Semakin jauh langkah Delia.... semakin tak terlihat gedung Gereja itu... jaaauuuhhh..... dan jauh pula dari tatapan seorang laki-laki muda yang berada di sisi lain gedung Gereja... yang sejak dari tadi memandangi Delia dengan seksama namun tak mampu menyapa...laki-laki dalam doa Delia..... Dann..........
 
***************************************************************** Mart 1992

Mimpi Yang Bersambung

Setiap kita terlelap dalam tidur.. biasalah kalau kita bermimpi.. ada mimpi yg bisa diingat.. namun ada yang hilang dan terlupa saat ki...