Selasa, 24 September 2013

BURUNG-BURUNG KERTAS



July memandangi jemari Reo yang menari melipat-lipat kertas putih transparant… tidak sampai 5 menit. Kertas itu sudah berubah menjadi bentuk burung… Dengan senyum penuh kasih disodorkannya burung kertas itu pada Dinda kekasihnya… 

“Ini burung kertas kita yang ke 1001 sayang, harapan apa yang akan kau tuliskan disini ?”  Reo bertanya. July hanya tersenyum … dibelai-belainya punggung burung kertas dengan jemari lentiknya.
“Aku hanya ingin kejujuran & keterbukaan sayang bagaimana dengan kamu ?” Reo kembali bertanya pada July yang hanya diam saja, tersenyum lalu menggantungkan burung kertas yang ke 1001 itu diatas jendela kamarnya.

Itulah sepenggal cerita dihari ke 1001 pertemuan Reo dan July. Dua sejoli dari latar belakang ekonomi yang berbeda. Reo adalah anak seorang petani sederhana, sementara July putri seorang pengusaha kaya raya. Tapi tidak seperti kisah-kisah cinta yang lain, mereka tidak mengalami hambatan apapun dari orang tua mereka. Dan mereka memiliki kebiasaan unik setiap kali bertemu. Reo selalu melipat kertas menjadi bentuk burung, lalu mereka berdua menuliskan harapan-harapan akan cinta mereka, lalu July menggantungkan burung kertas tersebut didalam kamarnya. Tapi tidak pada burung kertas yang ke 1001. July menggantungkannya di depan jendela kamar, dan hanya Reo yang menuliskan harapan cintanya. Tapi itu bukan persoalan bagi Reo… dia yakin July sangat mencintainya, seperti diapun mencintai July dengan sepenuh hati. Namun wajah cantik July tiba-tiba murung.. tidak ada senyum apalagi tawa renyah seperti biasanya. Reo menghampiri dan penuh cinta dipeluknya tubuh July.. Tapi betapa terkejutnya Reo karena airmata ternyata mengalir di pipi July.

“Kenapa sayang.. kenapa kamu menangis..?” Tanya Reo cemas
Dengan tersendat July mencoba menjelaskan bahwa dia ingin berpisah dari Reo..
“Aku tidak lagi mencintaimu Reo…aku ingin pergi darimu… aku ingin menikah dengan orang lain”

Suara July lirih, lembut, tapi bagai tamparan keras buat Reo… Belum lagi dia menyadari apa yang baru saja didengar. July sudah pergi berlari masuk rumah sambil berteriak “ Reo..!! Aku tidak mencintaimu.. aku ingin kehidupan yang lebih baik.. aku tidak mau hidup sengsara dengamu ..!!”
“Kamu matre July, kamu kejam, kamu tidak punya perasaan..!!!” teriak Reo membalas
Dan duniapun terasa gelap untuk Reo.

Tahun demi tahun berlalu…
Reo.. anak seorang petani sederhana ini kini sudah menjadi pengusaha kaya raya.. cintanya pada July berubah menjadi dendam, saat tahu bahwa ternyata July lebih memilih menikah dengan laki-laki kaya supaya hidupnya lebih nyaman. Dendam itu pula yang membuat Reo berjuang keras mengangkat dirinya dari kemiskinan hingga sekarang menjadi orang terpandang. 

Suatu hari saat Reo sedang berjalan-jalan dengan mobil mewah barunya. Dia melihat sepasang suami istri tua yang tengah berjalan berpelukan. Orang tua itu sudah tampak renta, bajunya lusuh dan bau. Tapi Reo tidak lupa pada wajah itu.. Diikutinya kemana sepasang orang  tua itu.. ternyata memasuki areal pemakaman. Reo terperanjat ketika orang tua itu meletakkan setangkai bunga diatas batu nisan. Jelas terbaca nama di batu nisan itu DISINI TERBARING PUTRI TERCINTA KAMI … JULY. Bergegas Reo menghampiri kedua orang tua itu.

“Bapa .. ibu… masih ingatkah dengan saya … Apa yang terjadi ?” kata Reo tak sabar
“ Tentu saja nak, siapa yang tidak mengenalmu ? Tapi sekarang kami jatuh miskin. Harta kami habis untuk biaya pengobatan July, namun akhirnya July pergi juga. Ini July  menitipkan sebuah surat kepada kami untuk diberikan kepadamu jika kami bertemu denganmu.”  Sahut ibu  tua sambil mengambil kertas kumal dari tas nya.
Dengan berdebar-debar Reo membacar surat itu

"Reo maafkan aku. Aku terpaksa membohongimu. Aku terkena kanker rahim ganas yang tak mungkin disembuhkan. Aku tak mungkin mengatakan hal ini saat itu, karena aku akan membuatmu sedih dan putus asa,  yang akhirnya akan membawa hidupmu pada kehancuran. Maka terpaksa aku tinggalkan kau.. demi cintaku, demi kebahagiaanmu.

Aku yang  mencintaimu."


July


Tidak ada yang bisa dilakukan Reo kecuali hanya menangis dan memeluk pusara July kekasihnya. Selama ini Ia telah berprasangka begitu kejamnya kepada July. Ia pun mulai merasakan pasti hati July teriris-iris  ketika ia  mengatainya matre, kejam dan tak berperasaan. Ia merasakan July pasti kesepian seorang diri dalam kesakitannya, hingga maut menjemputnya. Pasti July mengharapkan kehadirannya di saat-saat penuh penderitaan itu. Tetapi ia lebih memilih untuk menganggap July sebagai orang matre tak berperasan. July telah berkorban untuknya agar ia tidak jatuh dalam keputusasaan dan kehancuran.

Reo memandangi burung kertas di atas jendela kamar July. Terayun-ayun dihembus angin.. Burung kertas itu sudah lusuh .. tapi itu adalah burung kertas ke  1001… yang terakhir.
Terakhir  kali juga Reo bertemu July..

Memang Cinta bukanlah sebuah pelukan atau ciuman,  tetapi cinta adalah pengorbanan untuk orang yang sangat berarti bagi kita.



Lusy’s Notes : 


Cerita ini aku tulis ulang dari sebuah kisah  yang aku baca dari cerita kristen.com. Judulnya sama “Burung-Burung Kertas” semoga mengilhami kita betapa besarnya arti cinta.




image source : thekingsbeloved.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mimpi Yang Bersambung

Setiap kita terlelap dalam tidur.. biasalah kalau kita bermimpi.. ada mimpi yg bisa diingat.. namun ada yang hilang dan terlupa saat ki...